Salut Kota Kediri, Bermanfaat Untuk Banyak Orang
Manusia baik itu adalah orang yang berupaya bermanfaat untuk banyak orang, Sofyan Ali, S.E, Kepala Salut Kota Kediri, memegang teguh filosofi ini. Berjuangnya itu, menurutnya, bisa dengan fikiran, harta, atau bahkan doa saja. “Tapi saya tak mau jadi penonton, saya mau jadi bagian yang bermanfaat itu, sebagai penggerak. Falsafah hidup ini saya pegang teguh di manapun saya berada,” tutur lelaki kelahiran 7 Maret 1983 ini.
Itu sebabnya, ketika pertama kali mendirikan Kelompok
Belajar (Pokjar) Sarjana Mandiri Kediri Raya pada 2013, ia berupaya melakukan
pemberdayaan masyarakat, terutama masyarakat tidak mampu. Apalagi, ia melakoni
kuliah hingga menjadi sarjana Ekonomi Manajemen pada 2006, sambil berjualan
tahu, hingga kemudian menyelesaikan tesis program magister pada 2008.
Berbekal sebagai aktivis pergerakan di berbagai
organisasi seperti GMNI, LPP NU, Islamic Center Kediri, dan Lembaga Dakwah di
bawah PBNU, Sofyan Ali berupaya lentur memasuki berbagai kalangan untuk memudahkan
jalannya memutar organisasi Pokjar. Tidak seperti banyak Pokjar yang membidik
program Pendas, ia justru mengkhususkan pada program non pendas.
Bantuan rombong untuk sarjana mandiri oleh Bupati Tuban Abah Huda |
Maka Sofyan Ali pun membidik anak-anak lulusan SMA dan SMK di Kediri yang tidak mampu secara ekonomi. Ia kemudian mencari anak-anak yatim dengan menyambangi panti asuhan. Ia mengajak mereka untuk menjadi sarjana tanpa bantuan biaya dari orang tua.
“Saya menyebutnya quadran 4, sudah tidak mampu,
kemampuannya pas-pasan, tapi punya niat belajar yang tinggi, ya sudah saya
rekrut untuk dipekerjakan sebagai penjaga toko, cleaning service, atau satpam.
Kemudian mereka saya kuliahkan di Universitas Terbuka, mereka kemudian mencicil
biaya kuliah dari gaji yang mereka terima lewat Buku Tabunganku sebesar Rp 150
ribu per bulan,” tuturnya.
Pada tahun 2013 itu berhasil merekrut 86 lulusan SMA dan SMK yang dijaring melalui Program Sarjana Mandiri untuk menjadi mahasiswa UT. Pada awal menggerakkan program Sarjana Mandiri itu, diakuinya agak sulit.
Banyak perusahaan yang enggan menerima ide Sofyan Ali.
Ia bahkan dianggap mau menguliahkan pekerja di pabrik-pabrik hanya untuk
melakukan demo kepada perusahaan. Namun, lambat laun Program Sarjana Mandiri
yang terdiri atas sarjana mandiri bekerja di dalam negeri, sarjana mandiri bekerja
di luar negeri, dan sarjana mandiri wirausaha diterima secara terbuka.
Bagi Sofyan Ali, memberangkatkan mahasiswa ke luar
negeri untuk bekerja sambil kuliah tak melangkahi kerja dari PJTKI. Bagi dia, cuma
memberangkatkan TKI ke luar negeri tidak menarik. “Yang bagus itu bekerja
sekaligus bisa jadi sarjana,” tuturnya kemudian.
Sang menteri terkejut ada TKI memakai jaket almamater,
maka Sofyan dipanggil. Setelah diberi penjelasan, kemudian ia justru diundang
ke Jakarta untuk melakukan presentasi di depan Dirjen Binapenta, termasuk PJTKI
dan Apindo. “Ketika presentasi sekalian saya promosi tentang UT,” katanya
tertawa.
Bea Siswa Baznas |
Wilayah kerja Salut Kota Kediri tak melulu di sekitar
Kediri saja, tapi menjangkau Nganjuk, Ngawi, Madiun, Tuban, Jember, bahkan
Banyuwangi, hingga kadangkala melintasi wilayah UPBJJ Malang. “Memang sih, bisa
berpeluang menimbulkan kegaduhan, mungkin dianggap overlap, itu sebabnya
program yang ke Malaysia pada 2018 saya stop karena mesti melalui UPBJJ Batam,”
ujar Ketua Forum Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Kediri itu.
Selain itu, Sofyan Ali juga berupaya memberdayagunakan pesantren lewat tagline mengintelekan santri mensantrikan intelek dengan program Lumanjada (Lulus Mondok Santri Jadi Sarjana). Program ini semula bakal di-endorse oleh UT melalui kegiatan Gebyar Pondok Pesantren se Jatim, namun urung dilakukan. Akhirnya program ini dilakukan sendiri, pada 2017 hingga 2018 berhasil merekrut 300-an lebih. Sofyan Ali menjalin kerja sama dengan Baznas Jatim memberikan bea siswa penuh kepada tiga santri yang hafal 30 juz.
Lumanjada |
Kini Pokjar Sarjana Mandiri Kediri Raya telah berkembang. Pokjar tetap jalan dan Salut pun berdiri pada 18 Februari 2020 lalu. Pokjar mengelola 500-an mahasiswa, sedangkan Salut pada semester lalu ada 100 mahasiswa dan semester ini masih terus berjalan registrasi sudah 50-an mahasiswa.
“Saya kan Sami’na
Wa Atho’na, takut kualat sama kyai saya. Jadinya tak semua mahasiswa saya
pindahkan ke Salut karena kerja awalnya bersama Yayasan Al Huda, termasuk yayasan
NU terbesar. Pokjar dikelola istri, saya pegang Salut. Program Sarjana Mandiri
tetap bakal Salut yang jalankan,” tutur ayah tiga anak itu. (Krisman Purwoko)
Tidak ada komentar